Berkali-kali Kurikulum Berganti, Guru Besar UNESA Tekankan Prinsip Utama dalam Pendidikan
Perubahan kurikulum di Indonesia telah terjadi lebih dari 12 kali sejak era kemerdekaan, mencerminkan tantangan dalam menciptakan sistem pendidikan yang relevan dengan kebutuhan zaman. Dalam pandangan para ahli pendidikan, termasuk guru besar Universitas Negeri Surabaya (UNESA), perubahan ini harus berfokus pada prinsip-prinsip dasar pendidikan yang mendukung keberlanjutan dan relevansi.
Menurut Prof. Wahono Widodo dari UNESA, pengembangan kurikulum harus memprioritaskan lima prinsip utama: fleksibilitas, relevansi dengan kebutuhan lokal, pengembangan karakter, literasi, dan numerasi. Fleksibilitas memungkinkan kurikulum untuk di adaptasi oleh masing-masing sekolah sesuai kebutuhan daerah, sedangkan relevansi memastikan materi yang di ajarkan bermanfaat untuk dunia kerja dan kehidupan nyata. Selain itu, fokus pada literasi dan numerasi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mendasar siswa dalam membaca, menulis, dan matematika.
Kurikulum Merdeka, yang di terapkan secara bertahap, di rancang berdasarkan prinsip fleksibilitas ini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menekankan bahwa perubahan yang di lakukan harus berkelanjutan dan tidak semata berganti “bungkus.” Dengan prinsip ini, kurikulum di harapkan lebih tangguh menghadapi perubahan teknologi dan kebutuhan global​. Transformasi kurikulum juga mencakup inovasi berbasis teknologi dan kolaborasi antarprogram studi, seperti yang di lakukan di UNESA dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Hal ini untuk mencetak lulusan yang tidak hanya tangguh secara akademik tetapi juga memiliki keterampilan abad ke-21 seperti kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
Prinsip-prinsip ini di anggap krusial agar sistem pendidikan Indonesia tidak hanya responsif terhadap tantangan saat ini tetapi juga mampu mempersiapkan generasi muda untuk masa depan yang lebih baik.