Apakah Tepat Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer?
Dalam beberapa tahun terakhir, wacana mengirim siswa “nakal” atau bermasalah ke barak militer kembali mencuat ke permukaan. Sebagian pihak berpendapat bahwa barak militer dapat menjadi tempat ideal untuk membentuk kedisiplinan dan karakter siswa yang sulit di kendalikan. Namun, benarkah pendekatan ini tepat dan efektif untuk jangka panjang?
Latar Belakang Gagasan
Ketika upaya pembinaan di sekolah dan rumah tidak membuahkan hasil, sebagian orangtua dan pendidik merasa frustrasi. Mereka kemudian melirik pendekatan keras ala militer sebagai solusi. Dengan rutinitas yang ketat, di siplin tinggi, serta instruktur yang tegas, barak militer di anggap mampu “mengubah” perilaku anak yang sering melanggar aturan atau bersikap kasar.
Program semacam ini memang sudah di terapkan di beberapa negara dalam bentuk “boot camp” untuk remaja. Di Indonesia sendiri, beberapa daerah pernah mencoba hal serupa dalam bentuk pelatihan semi-militer yang di klaim sebagai bentuk pembinaan karakter.
Pro dan Kontra
Pro: Disiplin dan Struktur
Pendukung pendekatan ini menilai bahwa banyak siswa nakal sebenarnya kekurangan struktur dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Barak militer menyediakan rutinitas yang terorganisir dan lingkungan bebas dari distraksi digital atau pengaruh negatif dari lingkungan sekitar. Diharapkan, siswa dapat mengembangkan sikap tanggung jawab dan menghargai aturan.
Kontra: Risiko Kekerasan dan Trauma Psikologis
Namun pendekatan militer terhadap siswa bermasalah juga menuai banyak kritik. Anak-anak dan remaja berada dalam fase perkembangan emosional dan psikologis yang sangat sensitif. Metode keras seperti hukuman fisik, tekanan mental, atau intimidasi bisa menimbulkan trauma, memperburuk perilaku, bahkan menciptakan luka psikologis jangka panjang.
Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang kuat bahwa pendekatan militer secara konsisten mampu merehabilitasi anak-anak dengan gangguan perilaku. Sebaliknya, banyak studi menyarankan pendekatan berbasis kasih sayang, konseling, dan terapi perilaku kognitif sebagai metode yang lebih efektif dan berkelanjutan.
Solusi Alternatif
Daripada langsung membawa siswa ke barak militer, pendekatan yang lebih komprehensif dan berorientasi pada pemahaman individu jauh lebih bijak. Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:
-
Konseling dan psikoterapi, untuk menggali akar masalah perilaku.
-
Pendekatan restoratif, yang berfokus pada pemulihan hubungan dan tanggung jawab pribadi.
-
Pelatihan keterampilan hidup (life skills), agar siswa belajar mengelola emosi, menyelesaikan konflik, dan membuat keputusan yang sehat.
-
Pendidikan karakter berbasis nilai, dengan peran aktif orangtua, guru, dan lingkungan sosial.